Makalah Tentang Pemeriksaan dan Cara interpretasi hasil analisa gas darah (AGD)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang mana telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kimia Klink 3 yang berjudul ANALISA GAS DARAH. Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan batuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan 5
1.4 Manfaat penulisan 5
BAB II 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Definisi Gas Darah 6
2.2 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD 6
BAB III 8
PEMBAHASAN 8
3.1 Cara Interpretasi Hasil Analisis Gas Darah 8
3.2 Penyebab Interprestasi nilai abnormal 12
3.3 Penyakit yang berhubungan dengan gas darah 16
3.3.1 Indikasi dilakukannya pemeriksaan AGD 16
3.3.2 Hasil abnormal 19
BAB IV 21
KESIMPULAN DAN SARAN 21
4.1 Simpulan 21
4.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan analisa gas darah atau (Blood Gas Analyzer/ BGA) adalah suatu pemeriksaan untuk mengetahui tekanan gas karbondioksida (CO2), oksigenasi, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan asam basa (Severinghaus John, 2010). Tujuan dari pemeriksaan ini antara lain untuk mengetahui keadaan oksigen dalam metabolisme sel, efisiensi pertukaran oksigen dan karbondioksida, mengetahui kemampuan Hb dalam melakukan transportasi oksigen dalam darah arteri dan jaringan secara terus menerus (Severinghaus John, 2010; Wiliam Marshall, 2008). Pemeriksaan gas darah ini sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk mendiagnosis suatu penyakit, harus disertai dengan pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya (Severinghaus John, 2010). Namun analisis gas darah memiliki keterbatasan, yaitu tidak dapat menghasilkan diagnosis spesifik dan tidak dapat menunjukkan derajat abnormalitas yang sebenarnya berpengaruh terhadap pasien. PaO2 rendah tidak langsung menandakan hipoksia jaringan dan PaO2 normal juga tidak pasti menandakan oksigenasi jaringan yang adekuat, karena penggunaan oksigen dipengaruhi oleh faktor lain seperti aliran darah regional, afinitas hemoglobin terhadap oksigen, dan curah jantung ( Abhishek V dan Paul R, 2010).
Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu proses perubahan yang bersifat metabolik (adanya perubahan konsentrasi bikarbonat yang disebabkan gangguan metabolisme) dan yang bersifat respiratorik (adanya perubahan tekanan parsial CO2 yang ddisebabkan gangguan respirasi). Perubahan PaCo2 akan menyebabkan perubahan pH darah. pH darah akan turun /asidosis jika PaCO2 meningkat (asidosis respiratorik primer) atau jika HCO3- /asidosis metabolik primer, pH darah akan naik/alkalosis jika PaCO2 /alkalosis respiratorik primer tau jika HCO3- /alkalosis metabolik primer. Asidosis ada dua macam, yaitu asidosis akut dan asidosis kronik, juga alkalosis ada dua macam, yaitu alkalosis akut dan alkalosis kronik. Penggolongan asidosis/alkalosis akut berdasrkan kejadiaanya belum lama dan belum ada upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH darah, sedangkan kronik jika kejadiannyatelah melampaui 48 jam dan telah terdapat hasil upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat penulis rumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara interpretasi hasil dari analisis gas darah?
2. Apa yang menyebabkan hasil rendah pada analisis gas darah?
3. Apa yang menyebabkan hasil tinggi pada analisis gas darah?
4. Apa saja penyakit yang berhubungan dengan analisis gas darah?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara interpretasi hasil dari analisis gas darah.
2. Untuk mengetahui menyebabkan hasil rendah pada analisis gas darah.
3. Untuk mengetahui menyebabkan hasil rendah pada analisis gas darah.
4. Untuk mengetahui penyakit yang berhubungan dengan analisis gas darah.
1.4 Manfaat penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
2. Secara Praktis untuk menambah ilmu pengetahuan bagi Individu, Kelompok dan Mahasiswa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gas Darah
Pemeriksaan Analisa Gas Darah (Astrup) adalah salah satu tindakan pemeriksaan laboratorium yang ditujukan ketika dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa (Ph), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah pasien. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen kedalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, Ph, HCO3, dan seturasi O2.
Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa (BGA) merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen (O2),Karbondiosida ( CO2) dan status asam-basa dalam darah arteri.
2.2 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD
Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang memberikan oksigen ke darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru dan ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa). Peneliatian ini biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya pernapasan dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien untuk terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa dari uji tes dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal.Adapun tujuan lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :
1) Menilai fungsi respirasi (ventilasi).
2) Menilai kapasitas oksigenasi
3) Menilai keseimbangan asam-basa
4) Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
5) Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6) Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
7) Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang lain.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Cara Interpretasi Hasil Analisis Gas Darah
1. Ketahui Nilai Normal AGD
Dengan mengetahui nilai normal hasil analisa gas darah, teman-teman bisa mengetahui nilai abnormal dari hasil tersebut. Untuk AGD sebenarnya mudah.Untuk pH, normalnya berkisar antara 7.35 - 7.45 ; Untuk paCO2, normalnya diambil dari angka dibelakang koma nilai normal pH yaitu 35 - 45, namun dibalik ; Dan untuk HCO3, normalnya 22 - 26.
2. Tentukan pH berada dalam kondisi Asidosis atau Alkalosis
Selanjutnya adalah menentukan posisi pH. Nilai normal pH manusia yang sehat berkisar antara 7.35 - 7.45. Dan harus diingat bahwa dalam keadaan normal, pH tubuh selalu dalam keadaan seimbang.
• Jika pH dibawah 7.35, berarti asidosis
• Jika pH diatas 7.45, berarti alkalosis
3. Tentukan apakah kondisi tersebut Respiratorik atau Metabolik
Jika kondisi pH sudah ditentukan, selanjutnya adalah menentukan apakah kondisi tersebut termasuk kedalam kondisi Respiratorik atau Metabolik.
• paCO2 mengindikasikan kondisi Respiratorik
• HCO3 mengindikasikan kondisi Metabolik
4. Ingatlah aturan ROME.
Aturan ROME adalah ;
Respiratorik Opposite (paCO2)
• Ketika pH naik, paCO2 turun = Alkalosis
• Ketika pH turun, paCO2 naik = Asidosis
Metabolik Equal (HCO3)
• Ketika pH naik, HCO3 naik = Alkalosis
• Ketika pH turun, HCO3 turun = Asidosis
5. Metode Tic-Tac-Toe
Jika sudah faham mengenai ke 4 poin diatas, selanjutnya kita lanjut kepada metode nya. Buatlah garis seperti dibawah ini dalam kertas. Jika sudah mahir, teman-teman bisa membayangkannya.
6. Isi dengan hasil analisa gas darah yang diperoleh
Misalkan, hasil yang di peroleh adalah sebagai berikut ;
pH: 7.26, paCO2: 32, HCO3: 18
Dengan menggunakan nilai normal AGD yang sudah dibahas diatas, maka kita bisa menentukan bahwa ;
• pH 7.26 kurang dari normal = Asidosis. Maka simpan pH dibawah kolom Asidosis
• paCO2 32 kurang dari normal = Alkalosis. Maka simpan paCO2 dibawah kolom Alkalosis
• HCO3 18 kurang dari normal = Asidosis. Maka simpan HCO3 dibawah kolom Asidosis.
Sehingga, tabel diatas menjadi seperti dibawah ini ;
7. Ambil kesimpulan dari data diatas
Dalam poin ini, harus melihat nilai yang mana (diantara paCO2 dan HCO3) yang berada dalam 1 kolom vertikal dengan nilai pH.
Dalam contoh diatas terlihat bahwa HCO3 berada dalam 1 kolom vertikal dengan pH, dan keduanya berada dalam keadaan Asidosis.
Ingat, bahwa HCO3 mengindikasikan keadaan Metabolik (Lihat poin no. 3), maka bisa kita simpulkan bahwa hasil analisa gas darah tersebut merujuk pada keadaan Asidosis Metabolik.
8. Menentukan tingkat kompensasi
Langkah terakhir dalam cara membaca hasil analisa gas darah adalah menentukan tingkat kompensasi yang dikenal ada 3 tingkatan, yaitu;
Terkompensasi Penuh - Terkompensasi Sebagian - Tidak Terkompensasi
Berikut aturannya ;
• Jika pH NORMAL, paCO2 dan HCO3 ABNORMAL = Terkompensasi Penuh
• Jika pH ABNORMAL, paCO2 dan HCO3 ABNORMAL = Terkompensasi Sebagian
• Jika pH ABNORMAL, paCO2 atau HCO3 ABNORMAL = Tidak Terkompensasi
Jadi, hasil analisa diatas bisa kita simpulkan sebagai Asidosis Metabolik, Terkompensasi Sebagian
Contoh Soal Analisa Gas Darah 1
Pasien Tn. X mempunyai hasil analisa gas darah sebagai berikut ;
pH: 7.44, paCO2; 30, HCO3: 21
pH 7.44 NORMAL. Maka simpan pH dalam kolom Netral
paCO2 30 ALKALOSIS. Maka simpan paCO2 dalam kolom Alkalosis
HCO3 ASIDOSIS. Maka simpan HCO3 dalam kolom Asidosis
Catatan : Karena tingkat keasaman darah ditentukan oleh nilai pH, maka jika pH dalam keadaan NORMAL, tentukanlah kecenderungan nilai normal tersebut. Apakah lebih cenderung dekat dengan kondisi ASIDOSIS, atau cenderung lebih dekat dengan kondisi ALKALOSIS.
Dalam kasus diatas, pH dalam keadaan NORMAL, namun lebih cenderung dekat dalam kondisi ALKALOSIS (7.44).
Maka, dengan menggunakan Metode Tic-Tac-Toe seperti diatas, didapatkan gambaran sebagai berikut :
3.2 Penyebab Interprestasi nilai abnormal
Tabel 1.3 Kategori Kelainan Asam Basa
Gangguan Asam Basa Gambaran Klinis pH (ni= 7,73-7,43) Pco2 (ni= 38-42 mmHg) HCO2 (ni= 19-25 mEq/L) Batas Kompensasi yang Diperkirakan pada Gangguan Nonkomplikata
Asidosis metabolik Pernapasan Kussmaul
Syok, koma, hipokalemia sedang <7,37 <30 <15, mungkin mendekati 0 Pco2- 1-1,3 mmHg utuk setiap mEq/liter pada HCO3-
Pco2- seyogiannya 1,5 (HCO3-) +8
Nilai Pco2 harus setara paling sedikit 2 angka terakhir pH; mis, untuk pH 7,19, Pco2- seharusnya 19
Alkalosis metabolik Parestesia, tetani,hipokalemia, dan kelemahan otot >7,45 45-55 >27 Pco2- 6 mmHg untuk setiap 10 mEq/liter pada HCO3-
Dua angka terakhir pH seyogiannya setara dengan konsentrasi HCO3- +15
Asidosis Respiratorik Akut Air hunger, disorientasi <7,35 50-100 >27 HCO3- 1 mEq/liter untuk setiap 10 mmHg Pco2-
Gangguan pH lebih menonjol daripada perubahan HCO3-
Kronis Hioventilasi, hipoksemia, dan sianosis <7,35 50-100 >35 HCO3- 3,5 mEq/ liter untuk setiap 10 mmHg pada Pco2-
Alkalosis Respiratorik Akut Hiperventilasi, parestesia, kepala terasa ringan >7,45 <30 15-20 HCO3- 2 mEq/ liter untuk setiap 10 mmHg pada Pco2-
Kronis Hiperventilasi, tetani laten >7,45 <30 <15 HCO3- 5 mEq/ liter untuk setiap 10 mmHg pada Pco2-
Berikut terdapat klasifikasi gangguan asam basa primer :
A. Normal
Bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi.
B. Alkalosis respiratorik.
Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis.
C. Asidosis respiratorik.
Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
D. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi.
Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
E. Asidosis metabolik terkompensasi.
Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30–7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
F. Alkalosis metabolik tak terkompensasi.
Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
G. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian.
Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih dari 7,50.
H. Hipoksemia yang tidak terkoreksi.
Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat
I. Hipoksemia terkoreksi.
Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga normal.
J. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan.
Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen
3.3 Penyakit yang berhubungan dengan gas darah
Analisa gas darah dilakukan untuk mengukur kadar asam basa (pH) untuk mengetahui bila darah terlalu asam (asidosis) atau basa (alkalosis), serta untuk mengetahui apakah tekanan oksigen dalam darah terlalu rendah (hipoksia), atau karbon dioksida terlalu tinggi (hiperkarbia). Kondisi tersebut dapat berkaitan dengan sistem metabolisme tubuh atau sistem pernapasan. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan perubahan tersebut, antara lain:
• Asma.
• Cystic fibrosis.
• Penyakit paru obstruktif kronis.
• Pneumonia.
• Penyakit jantung.
• Penyakit ginjal.
• Gangguan metabolisme.
• Trauma kepala atau leher yang memengaruhi pernapasan.
• Infeksi berat atau sepsis.
• Gangguan tidur.
• Ketoasidosis diabetik.
• Keracunan zat kimia atau overdosis obat.
• Pasien yang menggunakan alat bantu pernapasan.
3.3.1 Indikasi dilakukannya pemeriksaan AGD
Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
2. Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar . Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia.
4. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).
5. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
6. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien.
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
8. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.
Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.
Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.
3.3.2 Hasil abnormal
Hasil abnormal dapat menjadi indikator dari kondisi medis tertentu. Berikut ini beberapa kondisi medis yang mungkin terdeteksi melalui analisa gas darah :
pH darah Bikarbonat PaCO2 Kondisi Penyebab Umum
<7,4 Rendah Rendah Asidosis metabolik Gagal ginjal, syok, ketoasidosis diabetik.
>7,4 Tinggi Tinggi Alkalosis metabolik Muntah yang bersifat kronis, hipokalemia.
<7,4 Tinggi Tinggi Asidosis respiratorik Penyakit paru, termasuk pneumonia atau penyakit paru obstruktif kronis (COPD).
>7,4 Rendah Rendah Alkalosis respiratorik Saat nyeri atau cemas.
Apabila kadar bikarbonat turun dan konsentrasit klorida serum serum relatif tetap normal, kesenjangan antara kation yang diukur dan anion yang diukur meningkat. Keadaan ini sering disebut asidosis anion gap. bila terjadi peningkatan kompensatorik kadar klorida, kesenjangan anion gap tetap normal, dan keadaan ini kadang-kadang disebut sebagai asidosis kloremik. Keadaan ini juga disebut sebagai asisosis tubulus ginjal (ATG), yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak akibat penyakit herediter. Keadaan ini juga dapat dijumpai pada orang dewasa sebagai gangguan didapat yang disebabkan oleh mieloma multipel, amiloidosis, penyakit autoimun, atau efek obat pada ginjal (gentamisin, amfoterisin B). ATG dapat disebabkan oleh defek di tubulus distalis ginjal (ATGD, tipe 1) atau di tubulus proksimalis (ATGP, tipe 2). Varian ATG lain adalah tipe 3 (kombinasi tipe 1 dan 2) dan tipe 4 (defisiensi ginjal sedang, asidosis dengan hiperkloremia, dan hiperkalemia). Pengobatan ditujukan untuk memper a uiki asidosis dan ketidakseimbangan elektrolit de- gan pemberian garam alkali dan kalium per oral.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
1. Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah.
2. Pemeriksaan analisa gas darah digunakan pada kondisi-kondisi seperti, Penyakit paru-paru( asma, PPOK, pneumonia, dan lain-lain), Penyakit ginjal (gagal ginjal), Penyakit metabolik, ( diabetes melitus atau kencing manis), dan Cedera kepala atau leher yang mempengaruhi pernapasan.Pemeriksaan tersebut digunakan untuk menentukan penyakit dan atau memantau hasil perawatan yang sebelumnya diterapkan kepada pasien.
3. Cara Intrepretasi hasil pemeriksaan analisis gas darah melalui 8 cara yaitu, mengetahui nilai normal AGD, menentukan pH, mengetahui kondisi respiratorik atau metabolik, mengetahui aturam ROME. Menegtahui metode Tic-Tac-Toe dan menentukan tingkat kompesasi.
4. Penyebab interpretasi abnormal yaitu terjadi pada kondisi gangguan terhadap asam dan basa, asidosis metabolik, alkalosis metabolik, asidosis respitorik akut dan kronis, dan alkalosis respitorik akut dan kronis.
4.2 Saran
1. Sebagai tenaga kesehatan laboratorium harus lebih memahami mengenai pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis salah satunya adalah analisis gas darah.
2. Dalam suatu pemeriksaan perlu memperhatikan faktor faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan supaya hasil yang didapat akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang mana telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kimia Klink 3 yang berjudul ANALISA GAS DARAH. Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan batuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan 5
1.4 Manfaat penulisan 5
BAB II 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Definisi Gas Darah 6
2.2 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD 6
BAB III 8
PEMBAHASAN 8
3.1 Cara Interpretasi Hasil Analisis Gas Darah 8
3.2 Penyebab Interprestasi nilai abnormal 12
3.3 Penyakit yang berhubungan dengan gas darah 16
3.3.1 Indikasi dilakukannya pemeriksaan AGD 16
3.3.2 Hasil abnormal 19
BAB IV 21
KESIMPULAN DAN SARAN 21
4.1 Simpulan 21
4.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan analisa gas darah atau (Blood Gas Analyzer/ BGA) adalah suatu pemeriksaan untuk mengetahui tekanan gas karbondioksida (CO2), oksigenasi, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan asam basa (Severinghaus John, 2010). Tujuan dari pemeriksaan ini antara lain untuk mengetahui keadaan oksigen dalam metabolisme sel, efisiensi pertukaran oksigen dan karbondioksida, mengetahui kemampuan Hb dalam melakukan transportasi oksigen dalam darah arteri dan jaringan secara terus menerus (Severinghaus John, 2010; Wiliam Marshall, 2008). Pemeriksaan gas darah ini sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk mendiagnosis suatu penyakit, harus disertai dengan pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya (Severinghaus John, 2010). Namun analisis gas darah memiliki keterbatasan, yaitu tidak dapat menghasilkan diagnosis spesifik dan tidak dapat menunjukkan derajat abnormalitas yang sebenarnya berpengaruh terhadap pasien. PaO2 rendah tidak langsung menandakan hipoksia jaringan dan PaO2 normal juga tidak pasti menandakan oksigenasi jaringan yang adekuat, karena penggunaan oksigen dipengaruhi oleh faktor lain seperti aliran darah regional, afinitas hemoglobin terhadap oksigen, dan curah jantung ( Abhishek V dan Paul R, 2010).
Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu proses perubahan yang bersifat metabolik (adanya perubahan konsentrasi bikarbonat yang disebabkan gangguan metabolisme) dan yang bersifat respiratorik (adanya perubahan tekanan parsial CO2 yang ddisebabkan gangguan respirasi). Perubahan PaCo2 akan menyebabkan perubahan pH darah. pH darah akan turun /asidosis jika PaCO2 meningkat (asidosis respiratorik primer) atau jika HCO3- /asidosis metabolik primer, pH darah akan naik/alkalosis jika PaCO2 /alkalosis respiratorik primer tau jika HCO3- /alkalosis metabolik primer. Asidosis ada dua macam, yaitu asidosis akut dan asidosis kronik, juga alkalosis ada dua macam, yaitu alkalosis akut dan alkalosis kronik. Penggolongan asidosis/alkalosis akut berdasrkan kejadiaanya belum lama dan belum ada upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH darah, sedangkan kronik jika kejadiannyatelah melampaui 48 jam dan telah terdapat hasil upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat penulis rumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara interpretasi hasil dari analisis gas darah?
2. Apa yang menyebabkan hasil rendah pada analisis gas darah?
3. Apa yang menyebabkan hasil tinggi pada analisis gas darah?
4. Apa saja penyakit yang berhubungan dengan analisis gas darah?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara interpretasi hasil dari analisis gas darah.
2. Untuk mengetahui menyebabkan hasil rendah pada analisis gas darah.
3. Untuk mengetahui menyebabkan hasil rendah pada analisis gas darah.
4. Untuk mengetahui penyakit yang berhubungan dengan analisis gas darah.
1.4 Manfaat penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
2. Secara Praktis untuk menambah ilmu pengetahuan bagi Individu, Kelompok dan Mahasiswa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gas Darah
Pemeriksaan Analisa Gas Darah (Astrup) adalah salah satu tindakan pemeriksaan laboratorium yang ditujukan ketika dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa (Ph), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah pasien. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen kedalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, Ph, HCO3, dan seturasi O2.
Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa (BGA) merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen (O2),Karbondiosida ( CO2) dan status asam-basa dalam darah arteri.
2.2 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD
Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang memberikan oksigen ke darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru dan ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa). Peneliatian ini biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya pernapasan dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien untuk terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa dari uji tes dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal.Adapun tujuan lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :
1) Menilai fungsi respirasi (ventilasi).
2) Menilai kapasitas oksigenasi
3) Menilai keseimbangan asam-basa
4) Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
5) Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6) Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
7) Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang lain.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Cara Interpretasi Hasil Analisis Gas Darah
1. Ketahui Nilai Normal AGD
Dengan mengetahui nilai normal hasil analisa gas darah, teman-teman bisa mengetahui nilai abnormal dari hasil tersebut. Untuk AGD sebenarnya mudah.Untuk pH, normalnya berkisar antara 7.35 - 7.45 ; Untuk paCO2, normalnya diambil dari angka dibelakang koma nilai normal pH yaitu 35 - 45, namun dibalik ; Dan untuk HCO3, normalnya 22 - 26.
2. Tentukan pH berada dalam kondisi Asidosis atau Alkalosis
Selanjutnya adalah menentukan posisi pH. Nilai normal pH manusia yang sehat berkisar antara 7.35 - 7.45. Dan harus diingat bahwa dalam keadaan normal, pH tubuh selalu dalam keadaan seimbang.
• Jika pH dibawah 7.35, berarti asidosis
• Jika pH diatas 7.45, berarti alkalosis
3. Tentukan apakah kondisi tersebut Respiratorik atau Metabolik
Jika kondisi pH sudah ditentukan, selanjutnya adalah menentukan apakah kondisi tersebut termasuk kedalam kondisi Respiratorik atau Metabolik.
• paCO2 mengindikasikan kondisi Respiratorik
• HCO3 mengindikasikan kondisi Metabolik
4. Ingatlah aturan ROME.
Aturan ROME adalah ;
Respiratorik Opposite (paCO2)
• Ketika pH naik, paCO2 turun = Alkalosis
• Ketika pH turun, paCO2 naik = Asidosis
Metabolik Equal (HCO3)
• Ketika pH naik, HCO3 naik = Alkalosis
• Ketika pH turun, HCO3 turun = Asidosis
5. Metode Tic-Tac-Toe
Jika sudah faham mengenai ke 4 poin diatas, selanjutnya kita lanjut kepada metode nya. Buatlah garis seperti dibawah ini dalam kertas. Jika sudah mahir, teman-teman bisa membayangkannya.
6. Isi dengan hasil analisa gas darah yang diperoleh
Misalkan, hasil yang di peroleh adalah sebagai berikut ;
pH: 7.26, paCO2: 32, HCO3: 18
Dengan menggunakan nilai normal AGD yang sudah dibahas diatas, maka kita bisa menentukan bahwa ;
• pH 7.26 kurang dari normal = Asidosis. Maka simpan pH dibawah kolom Asidosis
• paCO2 32 kurang dari normal = Alkalosis. Maka simpan paCO2 dibawah kolom Alkalosis
• HCO3 18 kurang dari normal = Asidosis. Maka simpan HCO3 dibawah kolom Asidosis.
Sehingga, tabel diatas menjadi seperti dibawah ini ;
7. Ambil kesimpulan dari data diatas
Dalam poin ini, harus melihat nilai yang mana (diantara paCO2 dan HCO3) yang berada dalam 1 kolom vertikal dengan nilai pH.
Dalam contoh diatas terlihat bahwa HCO3 berada dalam 1 kolom vertikal dengan pH, dan keduanya berada dalam keadaan Asidosis.
Ingat, bahwa HCO3 mengindikasikan keadaan Metabolik (Lihat poin no. 3), maka bisa kita simpulkan bahwa hasil analisa gas darah tersebut merujuk pada keadaan Asidosis Metabolik.
8. Menentukan tingkat kompensasi
Langkah terakhir dalam cara membaca hasil analisa gas darah adalah menentukan tingkat kompensasi yang dikenal ada 3 tingkatan, yaitu;
Terkompensasi Penuh - Terkompensasi Sebagian - Tidak Terkompensasi
Berikut aturannya ;
• Jika pH NORMAL, paCO2 dan HCO3 ABNORMAL = Terkompensasi Penuh
• Jika pH ABNORMAL, paCO2 dan HCO3 ABNORMAL = Terkompensasi Sebagian
• Jika pH ABNORMAL, paCO2 atau HCO3 ABNORMAL = Tidak Terkompensasi
Jadi, hasil analisa diatas bisa kita simpulkan sebagai Asidosis Metabolik, Terkompensasi Sebagian
Contoh Soal Analisa Gas Darah 1
Pasien Tn. X mempunyai hasil analisa gas darah sebagai berikut ;
pH: 7.44, paCO2; 30, HCO3: 21
pH 7.44 NORMAL. Maka simpan pH dalam kolom Netral
paCO2 30 ALKALOSIS. Maka simpan paCO2 dalam kolom Alkalosis
HCO3 ASIDOSIS. Maka simpan HCO3 dalam kolom Asidosis
Catatan : Karena tingkat keasaman darah ditentukan oleh nilai pH, maka jika pH dalam keadaan NORMAL, tentukanlah kecenderungan nilai normal tersebut. Apakah lebih cenderung dekat dengan kondisi ASIDOSIS, atau cenderung lebih dekat dengan kondisi ALKALOSIS.
Dalam kasus diatas, pH dalam keadaan NORMAL, namun lebih cenderung dekat dalam kondisi ALKALOSIS (7.44).
Maka, dengan menggunakan Metode Tic-Tac-Toe seperti diatas, didapatkan gambaran sebagai berikut :
3.2 Penyebab Interprestasi nilai abnormal
Tabel 1.3 Kategori Kelainan Asam Basa
Gangguan Asam Basa Gambaran Klinis pH (ni= 7,73-7,43) Pco2 (ni= 38-42 mmHg) HCO2 (ni= 19-25 mEq/L) Batas Kompensasi yang Diperkirakan pada Gangguan Nonkomplikata
Asidosis metabolik Pernapasan Kussmaul
Syok, koma, hipokalemia sedang <7,37 <30 <15, mungkin mendekati 0 Pco2- 1-1,3 mmHg utuk setiap mEq/liter pada HCO3-
Pco2- seyogiannya 1,5 (HCO3-) +8
Nilai Pco2 harus setara paling sedikit 2 angka terakhir pH; mis, untuk pH 7,19, Pco2- seharusnya 19
Alkalosis metabolik Parestesia, tetani,hipokalemia, dan kelemahan otot >7,45 45-55 >27 Pco2- 6 mmHg untuk setiap 10 mEq/liter pada HCO3-
Dua angka terakhir pH seyogiannya setara dengan konsentrasi HCO3- +15
Asidosis Respiratorik Akut Air hunger, disorientasi <7,35 50-100 >27 HCO3- 1 mEq/liter untuk setiap 10 mmHg Pco2-
Gangguan pH lebih menonjol daripada perubahan HCO3-
Kronis Hioventilasi, hipoksemia, dan sianosis <7,35 50-100 >35 HCO3- 3,5 mEq/ liter untuk setiap 10 mmHg pada Pco2-
Alkalosis Respiratorik Akut Hiperventilasi, parestesia, kepala terasa ringan >7,45 <30 15-20 HCO3- 2 mEq/ liter untuk setiap 10 mmHg pada Pco2-
Kronis Hiperventilasi, tetani laten >7,45 <30 <15 HCO3- 5 mEq/ liter untuk setiap 10 mmHg pada Pco2-
Berikut terdapat klasifikasi gangguan asam basa primer :
A. Normal
Bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi.
B. Alkalosis respiratorik.
Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis.
C. Asidosis respiratorik.
Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
D. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi.
Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
E. Asidosis metabolik terkompensasi.
Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30–7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
F. Alkalosis metabolik tak terkompensasi.
Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
G. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian.
Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih dari 7,50.
H. Hipoksemia yang tidak terkoreksi.
Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat
I. Hipoksemia terkoreksi.
Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga normal.
J. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan.
Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen
3.3 Penyakit yang berhubungan dengan gas darah
Analisa gas darah dilakukan untuk mengukur kadar asam basa (pH) untuk mengetahui bila darah terlalu asam (asidosis) atau basa (alkalosis), serta untuk mengetahui apakah tekanan oksigen dalam darah terlalu rendah (hipoksia), atau karbon dioksida terlalu tinggi (hiperkarbia). Kondisi tersebut dapat berkaitan dengan sistem metabolisme tubuh atau sistem pernapasan. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan perubahan tersebut, antara lain:
• Asma.
• Cystic fibrosis.
• Penyakit paru obstruktif kronis.
• Pneumonia.
• Penyakit jantung.
• Penyakit ginjal.
• Gangguan metabolisme.
• Trauma kepala atau leher yang memengaruhi pernapasan.
• Infeksi berat atau sepsis.
• Gangguan tidur.
• Ketoasidosis diabetik.
• Keracunan zat kimia atau overdosis obat.
• Pasien yang menggunakan alat bantu pernapasan.
3.3.1 Indikasi dilakukannya pemeriksaan AGD
Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
2. Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar . Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia.
4. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).
5. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
6. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien.
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
8. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.
Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.
Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.
3.3.2 Hasil abnormal
Hasil abnormal dapat menjadi indikator dari kondisi medis tertentu. Berikut ini beberapa kondisi medis yang mungkin terdeteksi melalui analisa gas darah :
pH darah Bikarbonat PaCO2 Kondisi Penyebab Umum
<7,4 Rendah Rendah Asidosis metabolik Gagal ginjal, syok, ketoasidosis diabetik.
>7,4 Tinggi Tinggi Alkalosis metabolik Muntah yang bersifat kronis, hipokalemia.
<7,4 Tinggi Tinggi Asidosis respiratorik Penyakit paru, termasuk pneumonia atau penyakit paru obstruktif kronis (COPD).
>7,4 Rendah Rendah Alkalosis respiratorik Saat nyeri atau cemas.
Apabila kadar bikarbonat turun dan konsentrasit klorida serum serum relatif tetap normal, kesenjangan antara kation yang diukur dan anion yang diukur meningkat. Keadaan ini sering disebut asidosis anion gap. bila terjadi peningkatan kompensatorik kadar klorida, kesenjangan anion gap tetap normal, dan keadaan ini kadang-kadang disebut sebagai asidosis kloremik. Keadaan ini juga disebut sebagai asisosis tubulus ginjal (ATG), yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak akibat penyakit herediter. Keadaan ini juga dapat dijumpai pada orang dewasa sebagai gangguan didapat yang disebabkan oleh mieloma multipel, amiloidosis, penyakit autoimun, atau efek obat pada ginjal (gentamisin, amfoterisin B). ATG dapat disebabkan oleh defek di tubulus distalis ginjal (ATGD, tipe 1) atau di tubulus proksimalis (ATGP, tipe 2). Varian ATG lain adalah tipe 3 (kombinasi tipe 1 dan 2) dan tipe 4 (defisiensi ginjal sedang, asidosis dengan hiperkloremia, dan hiperkalemia). Pengobatan ditujukan untuk memper a uiki asidosis dan ketidakseimbangan elektrolit de- gan pemberian garam alkali dan kalium per oral.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
1. Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah.
2. Pemeriksaan analisa gas darah digunakan pada kondisi-kondisi seperti, Penyakit paru-paru( asma, PPOK, pneumonia, dan lain-lain), Penyakit ginjal (gagal ginjal), Penyakit metabolik, ( diabetes melitus atau kencing manis), dan Cedera kepala atau leher yang mempengaruhi pernapasan.Pemeriksaan tersebut digunakan untuk menentukan penyakit dan atau memantau hasil perawatan yang sebelumnya diterapkan kepada pasien.
3. Cara Intrepretasi hasil pemeriksaan analisis gas darah melalui 8 cara yaitu, mengetahui nilai normal AGD, menentukan pH, mengetahui kondisi respiratorik atau metabolik, mengetahui aturam ROME. Menegtahui metode Tic-Tac-Toe dan menentukan tingkat kompesasi.
4. Penyebab interpretasi abnormal yaitu terjadi pada kondisi gangguan terhadap asam dan basa, asidosis metabolik, alkalosis metabolik, asidosis respitorik akut dan kronis, dan alkalosis respitorik akut dan kronis.
4.2 Saran
1. Sebagai tenaga kesehatan laboratorium harus lebih memahami mengenai pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis salah satunya adalah analisis gas darah.
2. Dalam suatu pemeriksaan perlu memperhatikan faktor faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan supaya hasil yang didapat akurat dan dapat dipertanggungjawabkan